Hidup Tanpa HIV/AIDS
Woi, ada yang tahu kalo tiap tanggal 1 Desember
diperingati sebagai Hari AIDS sedunia? Eh, kalo udah tahu dan sering
memperingati, tapi kok pengidap HIV/AIDS makin meningkat ya jumlahnya? Ini
ironis. Seharusnya, semakin kita paham tentang hal yang membahayakan hidup kita
dan selama kita bisa menghindarinya udah jelas dong kita bisa meminimalisir
terjangkitnya penyakit HIV/AIDS ini. Uff.. ada apa gerangan ya? Yuk, kita cari
tahu.
Angka fantastis
Memutar balik sejarah penyebaran HIV/AIDS di Indonesia, sebenarnya
awalnya nih pada tahun 1983 dr. Dzubairi Djoerban meneliti 30 waria di
Jakarta. Hasil penelitian beliau dari
rendahnya tingkat limfosit dan gejala klinis maka 2 orang waria didiagnosa
kemungkinan menderita AIDS (spiritia.or.id). Eh ternyata, tahun demi tahun kok
makin nambah ya? Bayangin dah, sekarang aja menurut data Kementerian Kesehatan
(2014 dari indopos.co.id) mencapai 55.623 kasus AIDS dan 142.961 kasus HIV
positif dengan persentase pengidap pada usia 20-29 tahun (32%), usia 30-39
tahun (28.4%). Kasus penularan terbanyak terjadi pada heteroseksual 61.5%,
pengguna jarum suntik atau penasun 15.2%, kelahiran 2.7% dan homoseksual 2.4%.
Data kematian karena HIV/AIDS sebanyak 9760 kasus. Waduw!
Apa sih HIV/AIDS itu?
Baidewei, sebelum saya nerangin lebih jauh lagi, sobat gaulislam udah tahu apa itu HIV/AIDS? HIV singkatan dari Human
Immunodeficiency Virus dan AIDS
adalah Acquired Immune Deficiency Syndrom. Bedanya? HIV itu virus yang
menyebabkan penyakit AIDS. Tapi kalaupun seseorang terinfeksi HIV belum tentu
dia langsung terkena AIDS. Saat terkena
HIV biasanya gejalanya seperti flu juga demam, sakit kepala nyeri tubuh, sakit
tenggorokan, kelenjar getah bening, ruam kulit, masalah sistem pencernaan dalam
seminggu hingga sebulan. Intinya, sistem kekebalan tubuh menurun. Pada
tahun-tahun berikutnya biasanya akan terjadi penurunan berat badan yang
drastis, kehilangan nafsu makan, ruam kulit juga terganggunya sistem
pencernaan. Terserang AIDS berarti imunitas tubuh sudah sangat lemah sehingga
tubuh tidak mampu lagi menahan kuman-kuman yang biasanya bisa saja
ditanggulangi oleh sistem metabolisme tubuh yang normal.
Bro en Sis rahimakumullah, pembaca setia gaulislam. Fatalnya nih, justru saat ini orang-orang yang nggak ‘bersalah’
justru harus kena imbas dari HIV/AIDS ini. Padahal, yang rentan terkena virus
ini adalah orang-orang yang bebas kehidupan seksualnya juga pengguna narkoba
suntik yang alat suntiknya dipakai bergantian juga jarum tato en tindik.
Hasilnya, kini para ibu yang justru bukan penganut seks bebas, anak-anak yang
dikandung oleh ibu yang positif HIV/AIDS
bahkan anak-anak korban pedofil yang justru tertular HIV/AIDS!
Kasus HIV/AIDS di Banyumas bahkan tiap bulannya menginfeksi 15
anak dan kasus mencapai 156 orang dengan
12 orang meninggal dunia berdasar data September 2014 (radarbanyumas.co.id).
Diberitakan juga 7 bocah SD terindikasi tertular HIV/AIDS berdasar testimoni
dari seorang pedofil yang telah meninggal dunia di Situbondo. Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten Situbondo Abu Bakar Abdi menuturkan hal ini setelah
melakukan pemeriksaan darah seluruh siswa SD termasuk para korban pedofil. Ia
mengatakan hal ini adalah silent operation agar korban pedofil yang
masih labil secara emosi tidak menyadari pemeriksaan tersebut demikian
diberitakan metrotvnews.com, 24 November 2014.
Bagaimana dengan para remaja? Godaannya memang gede banget kalau
udah mulai pacaran, yang pastinya menjurus ke arah perzinaan. Kissing,
necking, petting, intercourse. Apaan tuh? Wah, jangan-jangan tahu praktek
tapi nggak ngeh istilahnya nih. Kalo aktivitas kayak gitu dilakukan bahkan
dengan pasangan yang berganti-ganti bahkan sesama jenis (homo/heteroseksual).
Bisa jadi, you will be the next victim. Yoiww..korban HIV/AIDS. Terus?
Ya, makanya jangan pacaran.
Emang HIV/AIDS mudah menular? Mudah banget kalo terjadi hubungan
seks dengan penderita HIV/AIDS, atau aktivitas bersama contoh barengan pakai
sikat gigi atau mungkin alat cukur yang sama bahkan alat facial yang buat
nyedot jerawat pun bisa kalo nggak steril. Ciuman? Juga bisa kalau bagian mulut
yang dicium kebetulan lagi terluka atau gusinya berdarah. Intinya, bila cairan
dari jaringan tubuh (biasanya darah, cairan sperma dan cairan vagina) dari si
penderita HIV/AIDS terjadi kontak dengan jaringan tubuh yang terbuka dari orang
non HIV/AIDS, maka kemungkinan terinfeksi akan sangat besar terjadi.
Waspadalah!
Bagaimana dengan pengaman bernama kondom? Hadeeuhh, itu sih
ngimpi, Bro en Sis! “Besarnya pori-pori kondom dalam keadaan tidak meregang
sebesar 1/60 mikron dan saat meregang 10 kali lebih besar ukurannya. Nah, ukuran
virus HIV itu kira-kira sebesar 1/250 mikron,” demikian jelas Prof Dr Dadang
Hawari dalam situs jawaban.com. Di kemasan kondom aja tertulis :No method of
contraception can give you 100% protection against pregnancy,HIV or sexually
transmitted infections. Nah, lho!
Back to Islam
Yup! Kalo kamu berani melakukan hal-hal yang berisiko tertular
HIV/AIDS udah saatnya mawas diri.
Silakan konsultasikan kesehatan kamu di pusat kesehatan masyarakat untuk
dirujuk ke rumah sakit dan sesegera mungkin untuk tes HIV/AIDS. Ribeut? Asal
berani terus terang, insya Allah akan dibantu. HIV/AIDS bukan wabah seperti
batuk atau pilek yang proses penularannya cepat seperti flu misalnya. Tapi
memerlukan proses khusus seperti yang saya jelaskan sebelumnya. Jadi jangan
khawatir misalnya bakal distigma karena bagi yang memahami, ODHA (orang yang
terinfeksi HIV) justru masih bisa bersosialisasi dengan masyarakat sekitar
karena aktivitas jabat tangan, ngobrol, diskusi, belajar bareng nggak akan
menularkan virus HIV/AIDS. Asalkan ODHA juga siap berterus terang kepada
masyarakat. Memang akan ada perlakuan khusus, misalnya saat infeksi imunitas
kambuh atau makin memburuk, nah, keluarga juga masyarakat akan tahu bahwa ODHA
harus ditangani dokter yang memang biasanya menangani ODHA. Gitu aja sih
sebenarnya. Oya, ODHA itu singkatan dari “Orang dengan HIV/AIDS”.
Sobat gaulislam, di satu sisi,
untuk nunjukin bahwa diri kamu tobat, sebaiknya juga bertekad untuk mengubah
diri dengan memperbanyak teman-teman yang shaleh en shalehah serta beraktivitas
mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala. Mengkaji Islam secara intensif, ikut
mensyiarkan Islam juga memperbanyak ibadah mahdhah serta sunnah (nafilah) tentu
akan membuat diri serasa terlahir kembali.
Buat para sobat gaulislam yang masih sehat, segar bugar dan terhindar dari aktivitas yang
mengarah kepada penularan HIV/AIDS juga kudu tuh mengkaji Islam biar
keimanannya makin oke. Penting banget nih, kita juga kudu respek sama
teman-teman yang ODHA apalagi misalnya kita adalah OHIDA (orang yang hidup dengan
HIV/AIDS) karena mereka juga perlu motivasi agar tetap lurus di koridor Islam
dan banyak berbuat hal positif dalam hidup mereka. Begitu. Bukannya justru
mendiskriminasi dan menstigma teman-teman atau saudara-saudara kita yang
terbukti ODHA.
Andil pemerintah
Seharusnya pemerintah melek banget untuk permasalahan ODHA ini.
Saya memandang dari perspektif berbeda nih. Saya justru melihat realita
pemerintah juga LSM yang peduli ODHA dan penyebaran HIV/AIDS justru kesannya
memaklumi ODHA sebagai waria, gay dan lesbi. Selain itu, pemerintah dan
masyarakat juga banyak yang membiarkan para pelacur (bahkan menggunakan istilah
PSK alias Pekerja Seks Komersial) dan juga pergaulan bebas remaja. Seharusnya,
pemerintah yang memegang kekuasaan bisa mengatur bagaimana perilaku hidup yang
sehat. Jadi orang-orang yang memiliki perilaku free-sex juga pengguna narkoba
dengan jarum suntik bisa di-nol-kan dan mengembalikan mereka kepada kehidupan
yang seharusnya. Begitu.
Sobat gaulislam, Islam jelas
banget memecahkan masalah penyebaran virus HIV/AIDS ini dengan solusi yang
sempurna. Diadakan pemeriksaan darah secara gratis ataupun dengan biaya
terjangkau untuk mengetahui secara mayoritas berapa besar penduduk yang
terinfeksi HIV/AIDS agar cepat ditanggulangi. Para ODHA akan dirawat dan
mendapat fasilitas yang semestinya. Tidak hanya
pengobatan tapi juga pendidikan, pemenuhan ekonomi juga bagaimana ODHA mengisi
waktunya selama ia jelas positif terinfeksi HIV/AIDS.
Masyarakat juga tetap dihimbau untuk tidak menstigma para ODHA
khususnya ODHA yang kasusnya justru tertular bukan dari perilaku negatif.
Misalnya, tertular karena lahir dari janin ibu yang terinfeksi HIV/AIDS atau
disusui dari ASI ibu yang positif HIV/AIDS atau bersuami/beristri yang ternyata
penderita HIV/AIDS. Catet tuh, Bro en Sis!
Negara Islam, yakni Khilafah Islamiyah juga tidak
tanggung-tanggung memberlakukan ketegasan atas pelanggaran bila masih ada
perilaku-perilaku seksual negatif. Berat lho sobat hukumnya bagi pelaku
homoseksual yaitu dihukum mati. Untuk zina akan diberlakukan rajam bagi yang
telah menikah dan cambuk bagi yang belum menikah. Nah, kalo Islam memberlakukan
sanksi begini gimana HIV/AIDS mau menyebar coba? Gak bakal bisa, kan? Sayangnya
ya gitu, kadang suka dipikir kejam lah, nggak berperi kemanusiaan lah, nggak
sesuai hak asasi manusia lah. Kalo udah nyebar sampe ke orang-orang yang nggak
semestinya tertular kayak sekarang kan malah jadi tambah ribet tuh. Silakan
kamu pikirkan dan renungkan.
So guys, sebelum terlambat dan segalanya jadi kian parah, ayo berbenah. Jaga
diri baik-baik ya jangan sampe terjerumus pergaulan bebas, rajin-rajin juga
mengkaji Islam dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Yuk kita berdoa
dan berjuang supaya khilafah Islam segera tegak dan menyelamatkan generasi dengan
aturan Islam kaffah (menyeluruh dan total). Aamiin ya Rabbal’alamin.
[tulisan saya dengan nama pena Anindita, dimuat di www.gaulislam.com]
Post a Comment for "Hidup Tanpa HIV/AIDS"
Terima kasih untuk kunjungan & komentarnya ya. Jangan bosen mampir ke blog ini. Oya, jangan tuliskan link hidup pada komentar Anda.